Text
EKONOMI NURANI VS EKONOMI NALURI
Judul buku Ekonomi Nurani Vs Ekonomi Naluri menyiratkan dilema yang selalu kota hadpai, yaitu tarik-menarik antara apa yang seharusnya (das sollen) dan apa yang sesungguhnya terjadi (das sein), antara desiderata dan realita. Pada dataran normatif kita berbicara tentang hal-hal yang ideal, tak bercacat, dan bermain dalam imajinasi splusi yang abstrak . Kenyataan sering menunjukan wajah yang sebaliknya, wajah yang sesungguhnya ingin kita hindari. Terdapat jarak lebar antara semangat "membela yang benar" dengan fakta "membela yang bayar"; antara "jalan pantas" dan "jalan pintas", atau antara "transformasional" dan "transaksional". Judul ini ingin mengingatkan kita semua terhadap hal-hal yang esensial dan fundamental dalam kehidupan bersama, khususnya dalam bidang ekonomi, meski sepintas terkesan romantis dan nostalgis.
"Saya sering merasa heran dan bertanya dalam hati, berapa banyak buku yang dibaca oleh Prof.Hendrawan, mengingat poko bahasan yang ditulis begitu beraneka dan hampir selalu dikaitkan dengan ide tokoh-tokoh besar dalam dunia ilmu. Kemampuan mengulas baik hal yang mikro maupun makro merupakan keunggulan Prof.Hendrawan". Dr. Dwi Soetjipto Direktur Utama PT Semen Gresik Tbk.
"Prof. Hendrawan kami kenal sebagai "kamus berjalan" (walking dictionary). Setiap kali kami berbicara tentang suatu kejadian atau kasus riil, Prof. Hendrawan selalu dapat menyebut teori dan ilmuwan yang menyampaikan teori tersebut." Dr. Handry Satriago Presiden Direktur General Electric Indonesia.
"Bab yang digarapnya secara paling mengesankan, menurut saya, adalah Bab I, yang menganalisis berbagai paradigma ekonomi yang tengah berkembang. Tulisan-tulisan pada bab ini berasal dari ulasan Mas Hend tentang berbagai pemenang Nobel Ekonomi, serta diskusi ekonomi pada level ideologis dan paradigma." A. Tony Prasetiantono, Ph.D adalah dosen tetap Fakulatas Ekonomika dan Bisnis UGM; Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSKEP) UGM; Komisaris Independen Bank Permata
"Maka buku ini dan tulisan-tulisan berikutnya patut kita baca dan cermati, karena akan menguak mana yang logis dan mana yang bermanfaat. Akan terungkap mana yang lebih logis tentang berapa kali seekor katak (kodok) melompat-lompat menyebrangi kali menurut seorang guru besar dan menurut anak jalanan." Kwik Kian Gie, Ekonom, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Kabinet Gotong-royong (9 Agustus 2001-10 Oktober 2004)
Tidak tersedia versi lain