SKRIPSI MUAMALAH
STUDIANALISIS PENDAPAT ABU HANIFAH TENTANG AKAD ISTISNA DAN RELEVANSINYA TERHADAP FATWA DSN MUI
imam abu hanifah dikenal sebagai ulama' ahli ra'yi. dalam menetapkan hukum islam baik didasarkan dari al-qur'an, hadist beliau banyak menggunakan penalaran. beliau mengutamakan ra'yi dari khabar ahad. apabila terdapat hadist yang betentangan, beliau menetapkan hukum dengan jalan qiyas dan istishan. swdangkan di indonesia tokoh abu hanifahjuga populer di masyarakat. namun pemikirannya kurang digunakan karena indonesia corak pemikirannya cenderung ke imam syafi'i.
oleh karenaitu perlu adanya pengkajian terhadap pemikiran tokoh abu hanifah tentang agar dapat mempekaya khasanah keilmuan hukum islam di indonesia. dari pendapat imam abu hanifahbertolak belakang dengan realita praktek jual beli istisna' ada beberapa yangberbeda yaitu jika menurut kalangan abu hanifah adalah menganggapnya sebagai akad jual beli barang yang disertai dengan syarat pengolahan barang yang dibeli, atau gabungan dari akad salam dan jual beli jasa (ijarah). sedangkan di indonesia walaupun berbeda namun tetap berpedoman pada ketentuan fatwa dsn mui yang ada. dari latar belakang penulis termotivasi untuk mengkaji, dan menganalisis lebih mendalam pendapat imam abu hanifah tentang akad istisna' terhadap relevansi ftwa dsn mui.
adapun data primer diambil dari fatwa majelis ulama indonesia (mui) tentang akad istisna' dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library reseach ) sifat penelitian deskriptif analisis, denganpendekatan penelitian normatif, hasil yang diperoleh skripsi ini adalah pertama bahwa dalam menetapkan akad istisna'. abu hanifah berpegang pada istishan. beliau mengenyampingkan qiyas danmemilih istihsan dengan alasan istisna bertentangan dengan semangat bai' secara qiyas dan telah menjadi kebiasaan (urf), sehingga metode yang digunakan untuk mendapatkan akad istisna' adalah bi al-urf . kedua bahwa relevansi akad istisna' terhadap fatwa dsn mui walaupun tidak terdapat dalam al-qur'an dan juga hadist secara eksplisit, namun secara implisit kad istisna' tetap ditetaokanijtihad serta urf juga menjadi dasar untuk menetapkan fatwa. ketiga bahwa perselisihan di antara ulama' mujtahid dan imam mazhab mengenai kehujjahan istishan merupakan perselisihan dari segi lafadnya saja.
Tidak tersedia versi lain